Jangan Abaikan Senyuman, Karena Senyuman Itu Dahsyat

Dua pekan terakhir sakit mata merah mewabah di sekitar tempat Saya tinggal. Awalnya, adik suami yang terjangkit, lalu pindah ke Naura, anak perempuan Saya terkasih.

Hari ini, ternyata penyakit itu menular pada Saya. Datangnya tiba-tiba. Kemarin malam, mata ini baik-baik saja, namun tengah malam, mulai pedih dan paginya memang benar, sudah memerah dan bengkak.

Syukurnya, yang tertular bagian kiri saja. Sehingga Saya masih bisa melihat normal dengan mata kanan. Bayangkan saja, saat Saya menulis tulisan ini, Saya memakai sebo yang menutup mata kiri. Agar mata kiri Saya tidak diperparah dengan radiasi dan sinar HP. Baca juga Cinta Tanpa Tapi Karya Uki Lestari.

Beranjak dari dampak HP terhadap mata, Saya kali ini ingin berbagi kisah. Tepatnya kisah haru dan bahagia. Semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.

Sebenarnya, Saya tidak begitu tahu, apakah penyakit mata seperti ini, yang rasanya pedih dan panas dingin berpengaruh terhadap selera makan. Pasalnya, nafsu makan Saya menjadi terganggu akibat sakit yang Saya derita ini.

Tadi sore, dengan semangat ibu mertua Saya mengajak makan. Masakan yang beliau masak begitu nikmat, menurut beliau. Namun, bagi Saya ndak. Berulang kali beliau menyuruh makan.

Saya menolak halus ajakannya dengan berkata Saya masih kenyang. Padahal biasanya benar, apapun yang beliau masak selalu enak. Apa saja!

Saya pun beranjak ke kamar mandi. Dari kamar mandi, tak sengaja Saya mendengar percakapan ibu dan anak. Anak tersebut adalah suami Saya. Mereka berbincang serius dan sepertinya penasaran, kenapa Saya tidak suka masakan yang beliau anggap sangat enak tersebut. Baca juga Hikmah Bekerja Jauh dari Orangtua.

"Gor, kok gak mau sih Uki masakan ini? Padahal kan enak." tanya Amak penasaran. Suami Saya pun menjawab,

"Mungkin kurang suka Ukinya, Mak. Biarkan aja. Tadi katanya dia mau mie goreng." jawab suami Saya menenangkan.

"Kalau gitu, kamu aja buatkan, buruan. Uki pagi aja makannya tadi, sesore ini gak makan apa-apa lagi!" perintah sang ibu pada anaknya.

"Iya Mak, nanti dibuatkan ba'da magrib, nanggung sekarang mau Adzan." jawab anak.

Dari dalam kamar mandi, Saya hanya tersenyum. Betapa beruntungnya Saya dipertemukan dengan orang-orang yang berhati malaikat. Bersyukur pun tak ketinggalan Saya lakukan, meski di dalam hati.

Sebenarnya memang benar, sebelum mandi sore, tadi Saya diajak makan bersama oleh suami. Tapi Saya lagi gak berselera makan. Dan mengatakan kalau Saya ingin makan mie saja. Suami pun maklum akan hal tersebut.

"Ki mau mie apa?" tanya suami.

"Mie goreng aja, Da. Tapi gak yang pedasnya, yang biasa aja, Da." jawab Saya.

"Baiklah, nanti siap shalat Maghrib Da buatkan ya!" selanya.

"Baik, Da." Saya pun menyiyakan.

Sepiring mie pun datang, dibawakannya penuh senyum hangat. Saya pun sangat senang. Namun, ternyata suami membuatkan mie pedas. Mungkin beliau lupa permintaan Saya kali ini, karena biasanya Saya suka yang pedas.

Namun hal itu tak menyurutkan ukiran senyum terindah dan berterima kasih  padanya.

"Beruntungnya Saya memilikimu, Da." Saya membatin.

Bahkan, meskipun Saya kurang suka, Saya berusaha menghabiskan semuanya, agar beliau senang dan merasa tidak sia-sia membuatkannya.

Saya sadar, bahwa senyum istri pada suaminya sangat disukai oleh Allah. Bahkan Allah memerintahkan seluruh surga membukakan pintu untuk ia masuk.

Baginya, secara khusus Allah mempersiapkan sebuah istana bagaikan istana yang belum pernah dipersiapkan sebelumnya. Allah juga akan menganugerahkan berkah yang belum pernah dianugerahkan sebelumnya.

Mengapa Allah yang Maha Kuasa menganugerahkan berkah sedemikian rupa? Karena ketika seorang istri tersenyum kepada suaminya, dia mengangkat semua kesulitan dalam sehari dari pundak suaminya. Baca juga Kenapa Rasa Kecewa Selalu Hadir dari Mereka yang Taat Beragama.

Karena itulah, meski tidak sesuai harapan, Saya akan tetap tersenyum. Sebab, Saya menyayanginya karena Penciptanya. Dan Penciptanya itulah yang memerintahkan Saya agar selalu memasang senyum kepadanya.

Dan tahu tidak, sebenarnya suami Saya melarang Saya melihat HP untuk sementara ini. Namun, sungguh, Saya takut ide ini hilang. Takut rasa ini hilang, bahwa Saya memiliki suami berhati malaikat. Maka, Saya curi-curi waktu menulis ini semua.

Semoga catatan Saya kali ini bermanfaat. Saya doakan agar kita yang berkeluarga, dianugerahi keluarga yang saling menyayangi, memiliki cinta kasih, menerima kekurangan, dan saling berbagi rasa. Karena Saya tahu, bahwa suami kita saat ini adalah pilihan terbaik yang diberikan Allah untuk kita. Percayalah!

Solok, 22 Januari 2020
Ditulis oleh Uki Lestari