Berbuat Baiklah, Maka yang Baik Pun Akan Menghampiri

Berbuat Baiklah, Maka yang Baik Pun Akan Menghampiri - Liburan adalah sebuah momen yang ditunggu-tunggu. Banyak hal yang dapat dilakukan mengisi hari libur. Membersihkan rumah, bersantai di rumah, berkumpul dengan keluarga, memasak bersama, dan sebagian besar piknik ke  objek wisata.

Saya salah satu di antara banyak orang yang memanfaatkan libur dengan berwisata. Tak perlu jauh. Cukup dalam provinsi saja. Seperti saat ini, saya mengulang kembali mengunjungi Kota Wisata Bukittinggi. Dua hari sebelumnya pun saya ke sini namun untuk berbelanja di Pasar Aur Kuning.

Di perjalanan kali ini, banyak hal yang membuat saya berdecak kagum. Baik itu hal yang baik ataupun hal yang tak patut ditiru. Hanya kesabaran ekstra yang dapat saya lakukan menghadapi hal ini.

Di jalan, belum sampai ke tempat tujuan, macet sudah dijumpai. Masih di Padang Panjang, sudah mengalami kemacetan luar biasa.


Jalur jalan raya padat merayap. Sebagian besar kendaraan di jalanan bersabar menghadapi fenomena rutin di libur akhir tahun ini. Macet, apalagi jalan menuju Kota Wisata Bukittinggi. Merupakan agenda wajib alami kemacetan di ruas jalan Padang Panjang-Bukittinggi ini.

Namun, dalam kemacetan yang membuat perut mual dan perasaan tidak enak ini. Ada juga beberapa kendaraan yang _nyelip_ tidak pada tempatnya. Memperparah kemacetan.

Saat memasuki Kota Bukittinggi, sebuah mobil pick up tepat berada di depan mobil kami. Karena macet yang terlalu parah, banyak kendaraan yang mengambil jalur kiri. Kebetulan jalan di jalur kiri memberi celah untuk ditembus.

Beberapa mobil di belakang kami mulai mengambil jalur kiri tersebut. Karena melihat kesempatan emas, kami pun berniat ingin berbaur. Agar lebih cepat dan tidak terlalu terjebak macet. Namun sebuah hal menjengkelkan terjadi.

Mobil pick up yang berisikan tiga orang lelaki tersebut, mengarahkan mobilnya ke tepi kiri. Sehingga niat kami menjadi terhalang. Ia tidak masuk, namun menghambat. Seakan-akan melarang para pengendara di belakangnya untuk mengambil jalur kiri.

"Ini maunya orang apa sih?" ucap anak-anak yang duduk di kursi paling belakang. Kami di dalam mobil heran atas sikap mereka. Kalau tak berniat ikut, mengapa menghambat?

Kami pun lanjut menikmati kemacetan parah tersebut. Dan ternyata tidak lama setelah itu, kemacetan pun mulai berkurang dan lancar. Alhamdulillah.

Selama di perjalanan sedari tadi mencari penginapan yang berada di dekat jam gadang, secara online. Namun, semua kebanyakan penuh pesanan. Kami mengira ini dipesan oleh orang-orang yang ingin merayakan acara pergantian Tahun Masehi. Sehingga banyak hotel yang _full_

Setelah tiba di kota wisata tersebut, saya, kakak perempuan saya, dan anaknya mencoba mencari sewaan kamar di beberapa hotel dengan berjalan kaki. Namun tak kunjung dapat. Tepatnya tak dapat yang di hati dan kondisi. Hihi.

Pasalnya, banyak hotel yg menyisakan kamar 1 ruang saja. Padahal kami dua keluarga. Apalagi di satu kamar tersebut tak bisa diisi oleh dua keluarga. Beberapa hotel seperti itu.

Di tengah perjuangan mencari, adzan pun berkumandang. Saya salat di masjid tidak jauh dari sana. Kebetulan kakak saya dan anaknya sedang tidak diperbolehkan salat. Mereka menunggu di luar masjid.

Saya pun menyusuri masjid yang dipenuhi banyak manusia. Sesak Ada di antaranya memutuskan untuk menjamak salatnya melihat keadaan di tempat wudu yang katanya sesak dan padat. Namun saya tetap mencoba masuk. Alhamdulillah dapat celah.

Setelah wudu, imam telah masuk rakaat kedua. Karena niat tadi hanya mencari hotel sebentar ke luar, mukena yg dipersiapkan dari rumah pun tertingga di mobil. Di hanger masjid pun telah kosong.

Alhamdulillah saya melihat seorang perempuan melipat mukenanya. Saya meminjamnya, ia pun bersedia. Namun saya tidak boleh jauh dari tempat ia duduk, karena takut nanti tidak bisa mengembalikan karena banyaknya manusia di dalam masjid tersebut.

Saya terima permintaannya. Namun seorang perempuan muda yang berdiri di samping saya menasehati,

"Kak, sebaiknya Kakak salatnya di depan saja, di sini banyak yang jalan-jalan". 

Saya pun meminta izin kepada yang punya mukena untuk salat ke depan, namun sepertinya ia keberatan. Saya putuskan untuk salat di tempat semula.

Ternyata benar, belum takbiratul ihram, banyak yang tidak melihat ketika berjalan. Dan betapa mulianya hati adik perempuan di sebelah saya ini. Ia mencoba mencegat setiap orang yang nyelonong berjalan di depan saya. Baik yang dewasa atau pun anak-anak. Ia mengingatkan saya akan pengorbanan Abu Bakar Assidiq melindungi Baginda Rasulullah SAW dalam salat. Ia benar-benar berhati mulia. Maasyaallah!

Ia pun meletakkan tasnya di depan tempat sujud saya dan berdiri terus di samping. Melarang mereka yang berjalan di hadapan saya. Oh, saya begitu berterima kasih kepadanya. Hingga selesai shalat, ia pun langsung mengambil tasnya. Dan langsung beranjak mencari mukena. Tak lupa saya berterima kasih, meski tak sempat berkenalan karena waktu magrib yang pendek.

Di dunia ini memanglah seimbang. Ada baik ada buruk. Ada tinggi ada rendah. Ada sempit ada lapang. Seperti yang saya temui hari ini. Ada yang sempit hati yang tak mau memberi jalan kepada pengendara lain padahal mereka tidak mengganggunya.

Ada pula yang memiliki hati lapang. Ikhlas menjaga orang lain menunaikan salat magrib sampai selesai. Padahal kami tak saling mengenal. Semoga Allah membalas kebaikannya dengan kebaikan yang lebih. Aamiin.

Pelajaran hidup pun dapat saya ambil dari peristiwa ini. Berbuat baik itu tidak perlu melihat orangnya. Bersikap baiklah kepada siapa saja. Karena yang membalas kebaikan tersebut bukan yang kita tolong, melainkan Allah akan kirimkan orang-orang yang berhati mulia ke kehidupan kita. Alhamdulillah.

Uki Lestari
Bukittinggi, 30 Desember 2019