Cinta Tanpa Tapi 5 - Cerbung Karya Uki Lestari

Cinta Tanpa Tapi 5 - Cerbung Karya Uki Lestari - Di pinggir kolam ikan, di samping rumahnya, Salma duduk termenung. Pandangannya begitu dalam menembus dasar kolam. Namun pikirannya jauh, terbang ke Palembang. Reyhan, pria yang rutin menghubunginya akhir-akhir ini.

Ia pun mengambil handphone dari saku celananya. Ia melihat riwayat chat Reyhan pagi tadi. Setelah seminggu sejak hari perpisahan itu, laki-laki itu selalu menghubunginya. Meski hanya sekadar bercanda. Namun rutin setiap hari.

Salma membaca lagi kalimat yang dikirim Reyhan. Pria itu menyatakan, bahwa dia jatuh hati kepadanya. Salma tak tau harus berkata apa. Hatinya berkecamuk.

Diam, pilihan terbaik untuk sementara ini. Ia tak menyangka, bahwa Reyhan benar-benar menyukainya. Namun, pernyataan itu sangat mengganggu Salma. Mengganggu ketenangan hidupnya.

Di kejauhan, Karin pun memanggil. Namun ia tak sendirian. Dia bersama Daffa. Pria yang dijodohkan dengan Salma oleh orang tuanya.

Daffa adalah pria yang tampan, baik dan menyayanginya. Ia mau menunggu Salma benar-benar yakin pada perasaannya. Dia tidak mau memaksa Salma. Namun, dia tetap menyayangi dan menunggu keputusan Salma.

Salma menoleh dan memberi senyum. Melambaikan tangan mengajak mendekat. Disimpan HP-nya kembali ke kantongnya. Karin dan Daffa mendekat.

Mereka bertiga adalah teman kecil yang selalu bersama. Meski Daffa lebih senior, namun keakraban tetap lekat di antara mereka. Mereka pun hanyut dalam perbincangan hangat yang mengalir tanpa beban.

Seperti biasa, mereka bertiga berceloteh tanpa basa-basi. "Sa, ngapain sih ngelamun di sini?" tanya Karin. "Gak, pengen lihat ikan-ikan ini aja," jawab Salma sambil memainkan kaki telanjangnya yang sebagian masuk ke air kolam. Daffa pun menimpali, " Kamu gak kenapa-kenapa kan, Sa?". "Gak, asyik aja di sini, nikmatin angin sepoi-sepoi." balas Salma.

Akhir-akhir ini, Salma memang lebih pendiam dari biasa. Ia lebih suka menyendiri. Sibuk dengan HP-nya. Seolah HP-nya telah menjadi bagian dari diri Salma. Namun, Daffa tidak menaruh curiga. Dia menganggap itu hal biasa. Dia positif thingking saja.

"Aku jatuh hati padamu. Sejak malam itu. Pandangan matamu yang tak mampu menatapku. Membuatku jatuh cinta!" tulis Reyhan.

Berkali-kali Salma membacanya. "Kenapa harus  dia utarakan?" batinnya. Salma mencoba memejamkan mata, namun masih saja pria itu yang menari-nari di pelupuk matanya.

Keindahan malam bertabur bintang dan bulan, semakin membuat Salma menikmatinya. Ia duduk di teras atas rumahnya. Semakin mendukung bercumbu dengan bulan yang malu-malu dengan kehadirannya.

Tiba-tiba, saat menikmati hamparan semesta yang menakjubkan, Handphone Salma berdering. Telpon dari Reyhan. Lama ia berpikir, diangkat, gak, diangkat, gak. Lalu ia putuskan untuk mengangkatnya.

"Assalamualaikum" jawab Salma. Di seberang, ia tidak mendapatkan balasan. Namun mendengar suara seorang perempuan. Salma terkejut. "Maaf, ini siapa ya? Bukankah ini HP-nya Reyhan?" sambung Salma.

Tiada suara yang dapat didengar Salma dengan jelas. Namun ia tahu pasti, jika yang menelponnya bukanlah Reyhan. Tapi seorang perempuan. Suara itu seperti tangisan yang ditahan, tapi samar.

Bersambung.......