Cinta Tanpa Tapi 3 - Sebuah Cerita Bersambung Karya Uki Lestari

Cinta Tanpa Tapi 3 - Sebuah Cerita Bersambung Karya Uki Lestari


Cerita sebelumnya : Ternyata pemateri dalam acara itu adalah Reyhan. Pria yang mengisi ruang fikir Salma sebelum tidur. 

Para peserta terus berdatangan. Mereka duduk di tempat yang disediakan. Panitia memulai acara. Pemateri mulai presentasi. Salma sangat menikmati penyampaian materi dari Reyhan.

“Tidak ada lagi canggung. Fokus dan tetap berada di dalam jalur,” gumamnya seolah menyugesti dirinya sendiri.

Saat senggang, sekali-kali Reyhan mencuri pandang ke arah Salma. Tak jarang dia mengukir senyum setiap melihat perempuan manis itu.

Dalam kesibukan menyelesaikan tugas, sesekali Salma melenturkan jemarinya yang capai karena semangat mengetik. Tak sengaja, Salma menoleh ke Reyhan yang kebetulan sedang menikmati memandang Salma. Salma terkejut. Reyhan memandangnya. Pandangan mereka pun bertemu. Tak sengaja.

Gelagapan. Mereka langsung mengalihkan pandangannya. Salma kembali melihat layar laptop. Reyhan beralih ke langit-langit aula. Sama-sama salah tingkah.

Kegiatan hari ini selesai dan diakhiri dengan tugas. Tugas kelompok. Salma satu kelompok dengan Ruci dan Bu Hasna. Mereka harus mewawancarai seseorang tentang pengalaman hidupnya yang paling berharga.

Setelah diskusi alot, mereka sepakat untuk mewawancarai Reyhan. Salma menolak dan menawarkan peserta lain untuk dijadikan narasumber.

Ruci dan Bu Hasna berpendapat, peserta lain sibuk dengan tugasnya dan pasti tidak bisa fokus untuk diwawancarai. Finally, Reyhan menjadi pilihan satu-satunya.


Setelah membuat janji, mereka menghampiri Reyhan di balkon hotel. Mereka duduk setelah disilakan oleh Reyhan. Tanpa basa basi, mereka memberikan beberapa pertanyaan yang sudah dipersiapkan.

Reyhan memaparkan jawabannya. Ruci dan Bu Hasna menatap Reyhan penuh khidmat. Berbeda dengan Salma. Dia tidak menatap Reyhan. Entah apa yang salah pada mata Reyhan. Atau apa yang terjadi pada mata Salma.

Dia tak mampu menatap Reyhan, seperti dua temannya yang lain. Dia menyimak, namun tatapannya berpindah-pindah ke objek lain.

Reyhan menangkap gelagat Salma yang berusaha menghindari tatapannya. Bagi Reyhan, itu sebuah daya tarik tersendiri. Sambil terus melanjutkan ceritanya, Reyhan tidak lagi menatap Salma lama-lama. Dia lebih cenderung melihat Ruci dan Bu Hasna.

Wawancara selesai. Mereka kembali ke kamar masing-masing. Setelah shalat Isya, Salma bersiap-siap tidur dan menikmati empuknya kasur. Sambil membuka handphone, dia bersandar ke dipan sambil berselonjor.

Tak disangka, ada pesan masuk. Dari Reyhan. Pertanyaan singkat Reyhan dibaca.

“Belum tidur Bu Salma?” isi pesan singkat Reyhan.

“Belum, Pak,” jawabnya singkat.

Reyhan membalas. “Kenapa tadi nggak ikut bertanya? Kok diam saja?”

“Hehehe, iya, Pak. Saya nyimak aja,” balas Salma.

Salma menutup HP-nya. Matanya sudah tidak kuat melawan kantuk yang sedari tadi ditahan.

Tak terasa, fajar kembali hadir ke bumi. Meski suasana masih pekat, Salma bangun. Dia lihat jam. Pukul 4 pagi.

“Waktu yang tepat untuk tahajud nih,” batinnya.

Salma segera ke kamar mandi untuk berwudu dan shalat.

Tak terasa azan Subuh berkumandang. Dia segera menunaikan shalat.

Setelah shalat dan zikir, Salma menatap ke luar jendela. “Ternyata kegiatan ini sangat berguna. Banyak menambah wawasan, ilmu, dan teman,” batinnya.

Dia ingat kembali ke kejadian dua hari yang lalu. Saat dia menabrak Reyhan di kafe tidak jauh dari hotel. Salma seakan menikmati pertemuan yang tidak disengaja itu. Dia tersenyum tipis, membuat lekungan indah di pipinya.

Membayangkan wajah Reyhan yang sangat sejuk dipandang memang asyik. Penyampaian materinya tidak membuat jenuh. Santai namun bermakna. Berwibawa namun terasa dekat. Pagi itu, Salma begitu menikmati kenangan hari-hari yang dihabiskannya di sini. Di hotel ini.

Tiba-tiba ketukan pintu membuyarkan lamunan Salma. Ketukan itu tak biasa.  Dia bergegas membuka pintu kamarnya. Jantung Salma bagai ingin meloncat keluar saat melihat sosok di depannya.

“Kamu? Kenapa bisa ada di sini?” tanya Salma dengan mulut menganga ekspresi tak percaya.

Bersambung.... 


Note : Cinta tanpa tapi sudah memasuki bagian ketiga. Cerita yang dikemas apik oleh Uki Lestari ini membawa pembacanya masuk ke dalam peristiwa di setiap alinea Cerbung Cinta Tanpa Tapi.